17.47

Sinergisitas Kaum Muda NU-Muhammadiyah untuk Indonesia Sejahtera

Dalam rangka memperingati satu abad kebangkitan nasional, kaum muda Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah sukses menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya Nasional (Semiloknas) pada tanggal 17-19 Mei 2008 dengan tema Sinergi Bangsa untuk Indonesia Sejarhtera. Kaum muda NU-Muhammadiyah yang tergabung di sini adalah Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama (IPPNU).

Kegiatan ini diadakan di dua tempat. Pada hari pertama, yaitu pembukaan dan seminar-seminar, diadakan di gedung Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PB NU) Jalan Kramat Raya Jakarta. Acara yang dibuka oleh Prof. Dr. Bambang Sudibyo, M.BA. (Ketua PP Muhammadiyah dan Mendiknas RI) ini dihadiri oleh banyak kalangan. Di antaranya kaum muda NU-Muhammadiyah (IRM, IPNU, IMM, IPPNU) Se-Jawa, aktivis LSM di Jakarta, gerakan kepemudaan yang ada di Jakarta, media cetak maupun elektronik, dan tamu undangan lainnya. Sekjen PB NU, Dr. Endang Turmudzi, juga memberikan tausiyahnya kepada para hadirin.

Seminar pertama membahas tentang masalah pendidikan. Pembicara yang hadir adalah Utomo Dananjaya (dosen Paramadia) M. Thoyyib (ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU), dan Imam Addaruqutni (Ketua Umum Parta Matahari Bangsa). Pembicaraan diarahkan pada kritik terhadap sistem pendidikan di Indonesia dan kemudian diakhiri pada peran yang harus dilakukan oleh kaum muda NU-Muhammadiyah. Seminar kedua membahas tentang kemandirian kaum muda Indonesia. Hadir sebagai pembicara adalah Fadel Muhammad (Gubernur Provinsi Gorontalo). Fadel mengajak kepada para peserta yang hadir untuk menjadi generasi penerus yang peka akan kemandirian. Pada seminar ketiga membahas persoalan ketahanan negara. Hadir sebagai pembicara adalah Letjen TNI Prbowo Subiantoro (Mantan Pangkostrad termuda dan kini Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia).

Keesokan harinya, para peserta yang terdiri dari kaum muda NU dan Muhammadiyah mengadakan lokakarya di Ciloto Permai Indah, Bogor. Selama dua hari ini, anak-anak muda masa depan Indonesia merumuskan strategi yang baik untuk Indonesia sejahtera. Hadir juga pembicara lain, Raja Juli Antoni (Mantan Ketua Umum PP IRM), Rossa (Mantan Ketua Umum IPPNU), dan staf ahli kepresidenan bidang komunikasi politik.

Pada sidang komisi, terbagi menjadi tiga: komisi ekonomi-politik, pendidikan, dan komisi sosial-budaya. Dari sidang komisi inilah dirumuskan poin per poin. Mulai dari identifikasi masalah, kelemahan, kekuatan, peluang, solusi, hingga tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah kebangsaan.

Pada komisi ekonomi-politik, dirumuskan bahwa bangsa Indonesia hingga saat ini masih belum memiliki kemandirian sebagai NKRI. Kita tidak berani melawan pihak asing, terutama tiga pilar organisasi global: WTO, IMF, dan World Bank. Karena hal inilah, banyak pihak-pihak asing mudah masuk ke Indonesia. Kita seolah menjadi gelandangan di negeri sendiri. Karena itu, kita menuntut pemerintah harus berani mengambil keputusan yang berpihak pada rakyat dan melawan setiap kebijakan asing yang tidak pro-rakyat, termasuk kebijakan naiknya harga BBM.

Pada komisi pendidikan, dirumuskan bagaimana pemerintah harus membuat kebijakan pendidikan yang pro terhadap rakyat miskin. Pendidikan tidak hanya milik orang kaya saja. Di samping itu, komisi ini mengkritik juga terhadap penyelenggaraan UN (ujian nasional) sebagai satu-satunya standarisasi pendidikan Indonesia. Prinsipnya, komisi ini sepakat perlu adanya standarisasi dalam penyelarasan pendidikan. Tetapi apakah UN sudah benar sebagai satu solusinya. Bagaiman penyelenggaraan di lapangannya? Ternyata banyak kecurangan dan itu semakin memperlihatkan bobroknya pendidikan Indonesia.

Sedangkan di komisi sosial-budaya lebih membahas pada persoalan banyaknya pengaruh barat atau westernisasi yang masuk ke Indonesia. Hal ini yang makin lama semakin mengikis nilai-nilai patriotisme dan moralitas generasi muda Indonesia. Karena itu, untuk mencegah adanya pengikisan nilai-nilai tersebut, harus ditumbuhkan adanya cinta produk dan budaya lokal.

”Hasil dari Semiloknas ini harapannya dapat dijadikan buku dan bisa kita sampaikan kepada pemerintahan SBY,” ujar M. Husain BA, selaku ketua penyelenggara kegiatan ini dan aktivis Dewan Pimpinan Pusat IMM. ”Harapannya, kegiatan ini menjadi titik awal bagi eratnya persaudaraan di antara kaum muda NU dan Muhammadiyah untuk membangun Indonesia yang sejahtera,” ungkap Moh. Mudzakkir, Ketua Umum Pimpinan Pusat IRM. Selain itu, Idy Muzayyad selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU juga mengungkapkan dalam sambutan penutupan acara bahwa dengan berakhirnya acara ini, kaum muda NU dan Muhammadiyah bisa menindaklanjuti pertemuan di tingkat wilayahnya masing-masing. ”Tentunya hal ini bisa dilakukan juga di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan bila perlu di Indonesia bagian timur lainnya,” imbuhnya.


Ridho Al-Hamdi

Ketua Pimpinan Pusat IRM