17.33

Terbit Buku: JOGJA EDAN, BRO!


Judul : Jogja Edan, Bro!
Penulis : Ridho "Bukan" Rhoma
Penerbit : Leutika Yogyakarta
Cetakan 1 : Juli 2009
Harga : 30.000,- (Diskon 20 %)

Jangan hanya melihat Jogja sebagai kota pendidikan, karena banyak tempat pendidikan. Tapi di baliknya ada yang membuat kita terkejut. Setidaknya setelah kita membaca buku ini. Ada hal yang tak kita ketahui, tapi tak bisa ditutupi. Jogja barangkali bisa dilihat dengan kacamata kehidupan.
Arwan Tuti Artha, Wartawan Harian Kedaulatan Rakyat


Kenali Jogja lebih dalam melalui buku ini. Penulis menyajikan sebuah fakta bukan basa-basi, agar kita bersama bisa menjaga Jogja untuk jauh lebih baik sebagai kota pelajar dan kota budaya. Semoga dengan buku ini menjadi PR kita untuk memasyarakatkan pendidikan mental positif.
Diah Safitri Rs, International Trainer, Owner Tiens Centre Jogja

Buku ini Menarik untuk disimak terutama bagi penggemar 'Dunia Bawah Tanah' , karena menceritakan sisi lain dari samudera kebijakan sosial masyarakat Jogja yang mulai tergerus oleh putara zaman. Meskipun kisahnya mungkin sudah sering kita baca dan dengar dari berbagai sumber, namun Ridho bershasil mengungkapkannya melalui riset sederhana secara detail dengan bahasa khas anak musa masa kini.
M. Afnan Hadikusumo, Anggota DPD RI


Mengupas tentang ”sisi lain” Jogja yang perlu direnungkan tapi tak lepas dari perdebatan. Ini interupsi kecil yang patut didengarkan tapi jangan dihakimi!
Achmad Munif, Penulis Novel ”Perempuan Jogja”

Jogja sekarang bukan lagi kasur tua yang apak sebagaimana pernah dikatakan Rendra di tahun 70-an. Jogja sekarang kasur empuk yang wangi penuh goda dan pesona. Bagi yang ingin jadi pemuja nikmat dan syahwat dapat belajar di berbagai ‘situs’ seronok di sini.
Musthofa W. Hasyim, Aktivis Sastra, Seni, dan Budaya di Jogja

14.16

Terbit: Buku Baru "Budaya Pop"


Judul : Berhala Itu Bernama Budaya Pop
Penulis : Ridho "Bukan" Rhoma
Penerbit : Leutika Yogyakarta
Cetakan 1 : Juni 2009
Harga : 27.000,- (Diskon 20 %)

Di zaman goblogisasi dan gombalisasi ini, manusia modern semakin tidak bisa bebas bergerak. Mereka sudah mulai tergantung, lebih tepatnya kecanduan, dengan produk-produk modern yang sebenarnya buatan mereka sendiri. Sebut saja tivi, HP, game, alat-alat kosmetik (khusus para ladies), butik-butik kecantikan, internet, dan sederet produk lainnya. Peran media sangat penting dalam hal ini untuk menciptakan image pasar.

Itulah yang disebut budaya pop. Budaya yang kini telah berubah wujud menjadi berhala yang disembah-sembah. Berhala itu kini bukan ditakuti, tapi justru disenangi dan digandrungi menjadi pujaan hati. Buku ini dipenuh juga gambar-gambar kartu yang lucu dan gokil. Dipersembahkan buat meraka yang suka memlototi tivi. Buat yang suka mencet-mencet HP. Buat yang gandrung ngegame. Buat yang suka nongkrong di Mall and cafe. Buat yang suka bergaya ama fesyen. Buat yang suka bersolek ama alat-alat kosmetik. Buat netters (pecandu internet), serta mereka yang doyan googling dan yang dah jadi Jemaat Al-Facebookiyah.
***

Buku ini menarik untuk tidak sekadar dibaca, tapi menjadi renungan. Sebuah renungan yang akan membangunkan kita bahwa ‘nalar dan kesadaran’ kritis memang tak mudah ditidurkan begitu saja. Ridho memancing kita untuk mengusut keyakinan kita. Nyatanya hidup dalam budaya pop tak sekadar disiasati tapi juga butuh perlawanan tangguh. Ia menjadi salah satu sosok muda yang berusaha untuk membaca dengan ‘tafsir baru’ atas budaya pop.

Eko Prasetyo, Penulis Buku Serial Dilarang Miskin