22.29

Asyiknya Mudik Ke Lampung

Pulang kampung menjelang ramadhan, waw asyik sekali. Di saat itu pula suasana arus mudik mulai lalu-lalang. Jalan raya penuh dengan bis-bis antar-kota maupun atar-propinsi. Begitu juga dengan saya yang akan mudik ke kampung Gaya Baru, salah satu desa terpencil yang ada di sudut Kabupaten Lampung Tengah.

Tepatnya hari Jum’at, tanggal 5 Nopember 2004 lalu (H-9) saya sudah berencana mudik. Tiket bis Putra Remaja telah dipesan bersama dua teman. Saya kedapetan bangku no 15, lumayan agak belakang. Alhamdulillah untuk tahun ini saya bisa pulang bareng dengan teman-teman sedaerah, karena biasanya selalu pulang sendirian. Sebelum pulang, tak lupa saya beli oleh-oleh khas Jogja, bakpia dan salak pondoh. Selain itu juga, Jogja terkenal dengan dengan makanan gudegnya, tempat-tempat pariwisata, kraton, termasuk band musik terkenal Sheila on 7 dan Jikustik.

Selamat tinggal Jogjaku. Saya tiba di terminal Giwangan pada jam setengah tiga siang. Ini terminal baru DIY, berdekatan dengan ring road selatan, pindahan dari terminal Umbulharjo. Semua fasilitas seperti bandara, walaupun cuma mirip sedikit. Kenyamanan cukup terjamin. Di lantai bawah hanya ada bis-bis dan sopir beserta kondekturnya. Pedagang-pedagang asongan tidak boleh masuk. Sementara penumpang dan pengantar berada di ruang tunggu, lantai dua, dengan tiket masuk cuma cepek.

Setelah sampai di terminal, saya langsung ke loket Putra Remaja untuk cek pemberangkatan. Dengan suasana yang ramai dan panas, kami menunggu pemberangkatan bis untuk beberapa menit di ruang tunggu. Nggak sengaja saya bertemu dengan teman yang juga mudik ke kampungnya, Banjarnegara. Untuk beberapa menit kami berbincang-bincang seputar Muktamar IRM. Maklumlah, kita sama-sama kader IRM. Sesaat siemens A-55ku berdering, ”Dho, ati-ati yo nang ndalan. Moga apik-apik wae. Ojo lali oleh-olehe, he…he… Taqobbalallahu Minna Waminkum. Qt jumpa lagi di episode lain, ok.” Kira-kira begitu isi smsnya. Sedikit membuatku tertawa kecil.

Adzan Ashar telah berkumandang. Karena bis belum juga berangkat, terpaksa saya sholat dulu di mushola terminal. Setelah itu menuju bis. Duduklah para penumpang di bangku sesuai dengan nomor tiket. Sambil menunggu penumpang lainnya, seorang pengamen kecil masuk ke dalam bis dan menyanyikan lagu Gengsi Gede-gedean. Kurogoh recehan dari kocek dan kuberikan ke pengamen itu. Baru saja selesai satu pengamen, datang lagi pengamen yang lain hingga 5 kali berturut-turut. Tepatnya pukul setengah empat, bis berangkat untuk meninggalkan Jogjakarta, sebuah kota yang mendapat julukan kota pelajar.

Bis berjalan lewat arah ring road, kemudian lewat jalur jalan Magelang dengan santainya. Sementara itu saya berkenalan dengan teman sebangku yang kuliah di UII. Sejenak kemudian kami ngobrol tentang organisasi kampus. Bis tetap melaju melewati pemandangan hijau di jalanan. Berhentilah bis di terminal Muntilan. Kebetulan saat itu hujan turun lebat. Bis mengganti mesin di dealer. Maklumlah, bisnya sudah agak lama, padahal ada keluaran baru. Mungkin belum jatahnya. Setelah selesai, bis kembali berjalan dengan roda empatnya. Hari semakin gelap dan tanda buka puasa segera tiba, sementara perjalanan masih panjang.

“Allahu Akbar… Allahu Akbar,” suara adzan dari salah satu masjid yang kami lewati. Alhamdulillah buka puasa yang dinanti-nantikan datang juga. Semua penumpang segera berbuka dengan roti dan softdrink yang telah disediakan oleh bis. Waktu sholat Maghrib telah lewat. Saya berfikir, untuk sholat Maghrib dijamak aja dengan Isya'.

Bis memasuki daerah Purworejo. Tiba-tiba, sittt, suara bisku mendadak ngerem kencang. Semua penumpang kaget. Yang sedang tidur mendadak bangun, untung tidak apa-apa. Hanya tas dan barang bawaan saja yang kocar-kacir. Semua penumpang bertanya-tanya. Dua orang pengendara sepeda motor tertabrak truk. Salah satu di antara keduanya pecah kepala, karena terlintas ban truk. Memang setiap tahun suasana arus mudik hampir dihiasi dengan kecelakaan. Salah satu stasiun TV menyiarkan adanya kecelakaan mobil pribadi akibat ngantuknya si sopir.

Sekitar jam 8 lewat sedikit, di Kebumen, bis saya berhenti di RM Lestari. Salah satu rumah makan prasmanan yang rutin dikunjungi oleh bis-bis atau mobil pribadi. Harga makanannya agak murah. Untuk kali ini kami makan gratis, karena sudah dibayar ketika beli tiket.

Setelah makan, kami menuju toilet untuk buang air dan gosok gigi. Di pintu keluar kami harus membayar Rp. 500. Setelah itu, menuju mushola untuk sholat Isya’ jamak Magrib. Bis telah menunggu. Pak sopir menghidupkan mesin, tanda bis akan berangkat lagi. Semua penumpang pun masuk bis. Malam semakin larut, lampu jalanan kerlap-kerlip dengan indah, bis lalu-lalang, tetapi sayang, keindahan itu hilang lantaran mataku sudah tidak bisa diajak bersahabat lagi. Terpaksa saya ambil selimut dan tidur. Suasana menjadi hening. Bis tetap berjalan, sedangkan pak sopir semangat memegang setirnya, tidak takut lelah, karena harus melaksanakan amanahnya, yaitu mengantarkan orang.

Tengah malam, tiba-tiba saya terbangun. Jalanan macet. Semua bis berhenti menunggu giliran untuk berjalan. Maklumlah, bis yang kami tumpangi lewat jalur Pantai Utara (Pantura). Menjelang sahur, sekitar jam tiga, bis berhenti di salah satu warung makan di Indramayu. Karena lelah, sebagian penumpang ada yang tidak sahur, tetapi tetap ada yang sahur. Setelah sahur, kami kembali melanjutkan perjalanan. Bis telah memasuki wilayah Jawa Barat sejak tengah malam tadi. Mecet total di daerah Cikampek. Menjelang fajar, bis baru bisa berjalan dengan lancar.

Jam 9 pagi, bis memasuki Jakarta, dan sampai di Pelabuhan Merak pada jam 11 siang. Sebuah perjalanan yang cukup melelahkan. Menurut pengalaman, seharusnya bis tiba di Pelabuhan Merak tadi pagi sekitar jam 7-an. Sebagian penumpang banyak yang berceloteh dan ngomel. Sebelum masuk ke kapal, petugas pelabuhan mengecek jumlah penumpang untuk dikenakan biaya. Suasana antri beli tiket agak ramai. Antrian bis, truk, dan motor untuk menunggu giliran naik ke kapal sangat padat. Sementara di luar kapal, penjual-penjual bersliweran mencari pembeli.

Beberapa menit kemudian, pedagang asongan naik ke bis kami untuk menawarkan dagangannya. Suasana menjadi agak ribut. Ada penjual aqua, penjual dodol garut, tukang koran, dan pedagang-pedagang lainnya yang silih berganti naik-turun ke bis kami. “Ayo Mas, dipilih-dipilih, murah dan enak… Ini dodol asli Garut dan bisa untuk oleh-oleh buat keluarga,” itulah kalimat yang keluar dari mulut seorang pedagang dodol. Ya, itulah hidup. Kita harus mencari uang demi sesuap nasi. Alhamdulillah suasana mulai agak sepi ketika bis akan masuk ke gerbong kapal.

Tepatnya jam 12.20, kapal akan segera berlayar menuju Pelabuhan Bakauheni. Bunyi serpong telah dihidupkan, tanda kapal berangkat. Saya dan bebraoa teman naik ke atas kapal. Suasana di gerbong bawah sangat panas, karena penuh dengan suara mesin. Biasanya sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, ada anak-anak laut yang berada di bawah kapal menunggu orang melempar uang receh. Mereka dengan gesit akan menangkap recehan yang dibuang ke laut. Memang sedikit menakutkan.

Setelah kapal berlayar, nampaklah pemandangan laut Selat Sunda sangat indah. Pulau-pulau yang terlihat kecil di peta, sekarang nampak besar. Gunung Krakatau yang dulu pernah mengguncangkan sebagian pulau-pulau Indonesia juga terlihat jelas. Dan sekarang ada lagi gunung kecil, mungkin itu anak gunung Krakatau. Hebatnya lagi, di sebagian pulau-pulau kecil itu ada kehidupan yang rata-rata penghuninya pelaut. Inilah panorama keindahan alam semesta.

Perjalanan di laut kira-kira memakan waktu dua jam lebih. Suasana laut sangat sejuk, udaranya segar. Setelah sekian lama kami berbincang-bincang, tampaklah Pelabuhan Bakauheni menyambut kehadiran kami. Para penumpang bersiap-siap untuk turun, termasuk kami. Sekitar jam 14.30-an bis kami keluar dari kapal dan disambut dengan spanduk bertuliskan “Selamat datang di Propinsi Lampung yang terkenal dengan binatang Gajah, di Way Kambas. Ada juga Pantai Pasir Putih di Kalianda, dan jenis makanan, seperti: sambel tempoyak, kopi Lampung, dan kemplang.

Bis tetap berjalan melewati arus yang cukup tajam. Daerah Bakauheni masih penuh dengan pegunungan. Tak heran, jika jalannya naik-turun dan penuh tikungan. Bis berjalan melewati daerah Panjang, wilayah yang kerap dijadikan jalur lintas Sumatera. Turunlah dua orang penumpang. Setelah itu, tibalah bis kami di terminal Raja Basa, salah satu terminal yang sebagian orang menganggapnya sadis. Memang betul, karena setiap ada bis jauh datang, tukang-tukang ojek atau orang-orang terminal langsung menyerbu. Kemudian menawarkan jasa, ditanya-tanya dengan rayuan agak memaksa. Bahkan ada yang dengan kekerasan. Ih, ngeri banget ya… Belum lagi kondisi lingkungan terminal yang tidak terurus. Bayangkan saja, jalanan di pinggir-pinggir terminal becek, sampah berterbangan dan terkadang bau pesing. Belum lagi asap-asap bis dan mobil yang membuat polusi udara.

Sekitar lima orang turun di terminal itu. Kemudian giliran pedagang-pedagang asongan masuk ke bis kami untuk menjual barangnya. Ada pedagang kemplang, tukang rokok dan koran. Dua menit kemudian ada anak kecil ngamen. Terpaksa saya merogoh lagi recehan dari saku celana.

Bis kembali ke jalan untuk menghabiskan tujuan yang tinggal beberapa jam lagi. Waktu sudah menunjukkan jam setengah empat sore. Biasanya bis sampai di Metro sekitar jam 2 siang.

Sekitar jam 5-an bis telah memasuki daerah Metro. Terlihat tulisan di gapura “Selamat datang di Kota Metro”. Semua penumpang bergegas untuk menyiapkan barang-barang bawaannya. Sebagian merapikan selimut dan membuang sampah-sampah makanan kecil.

Dan, siiittt, suara bis berhenti tepat di depan loket Putra Remaja. Semua penumpang turun tepat dengan adzan. “Dug, dug, dug, dug,” bunyi suara bedug, salah satu tradisi yang masih ada. Para penumpang yang ada di loket itu segera mencari makanan kecil untuk membatalkan puasanya. Nampak sebagian orang membeli gorengan dan es cendol di pinggir jalan. Kemudian perjalanan menuju rumah, saya lanjutkan dengan menggunakan sepeda motor. Dan jam delapan malam saya tiba di rumah.

Inilah sebuah perjalanan mudik yang cukup melelahkan, sehari semalam. Badan pegal-pegal, makan nggak terkontrol. Namun, di balik itu semua terdapat makna dan hikmah yang sangat besar, yakni kita dapat bersilaturahmi dan kumpul bareng keluarga di rumah. Sebuah kegembiraan tersendiri. Mungkin, hal seperti ini hanya bisa dilakukan setiap setahun sekali, begitu juga dengan teman-teman pembaca. Bagi yang sudah mudik, pasti enak kan. Oh iya, mana oleh-olehnya. Jangan lupa ya, dibagi-bagi lho.

22.27

Ketika Maaf Tak Sekadar Kata Maaf

Beberapa hari menjelang bulan suci ramadhan, handphone selulerku dibanjiri oleh pesan-pesan singkat berucap maaf. Masing-masing pesan memiliki kreasi dan pilihan kata yang berbeda. Ada yang unik, serius, maupun biasa. Pesan unik: Marhaban ya ramdhan. Semoga menjadi BBM (bulan barokah dan maghfirah). Setelah ber-PREMIUM (prei makan dan minum). Agar tetap SOLAR (sholat yang rajin). Untuk mendapatkan MINYAK TANAH (meningkatkan iman yang banyak, tahan nafsu, dan amarah). Demi mencapai PERTAMAX (perangi tabiat dan maksiat). Amien... Mohon maaf lahir batin.” Atau “Wellcome to Ramadhan Great Sale!!! Jangan lewatkan: Obral pahala besar-besaran. Diskon dosa s/d 99 persen. Doorprize Lailatur Qodar. Semua hanya dalam 30 hari. Mohon maaf lahir batin ya...

Pesan serius: “Lidah dan perilaku yang terkendali menjamin kelapangan hati. Mohon maaf atas segala kesalahan yang terlahir dari ucapan maupun tindakan. Selamat menunaikan ibadah puasa”. Pesan biasa: “Mohon maaf lahir dan batin ya... Semoga bulan ini bisa kita jalankan dengan sebaik-baiknya.

Maaf adalah kata sederhana yang sering diucapkan oleh setiap orang. Umumnya maaf diucapkan ketika kita telah melakukan sebuah kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja. Kata “maaf” akan terucap dari seorang yang berbuat salah kepada teman yang didhalimi. Dari seorang hamba kepada Tuhannya ketika memohon maaf atas segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Ketika kita berbuat salah, maka maaf adalah langkah pertama yang harus ditempuh. Tetapi terkadang kita sulit untuk mengeluarkan kata tersebut, walaupun dibayar dengan uang senilai jutaan rupiah.

Hanya karena tidak meminta maaf, sebuah perkara bisa menjadi besar. Tetapi karena maaf juga, perkara besar bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Kita masih ingat kasus yang menimpa Zaenal Maarif, Wakil Ketua DPR RI, dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Zaenal menuduh SBY, sapaan akrab presiden, pernah menikah sebelum masuk Akmil (akademi militer). Fitnah tersebut dibantah oleh SBY. Bahkan SBY pribadi melaporkannya ke pihak polisi. Luar biasa, seorang presiden langsung turun tangan untuk persoalan pribadinya. Suami dari Ibu Ani ini tidak terima dengan fitnah tersebut. Zaenal pun tetap ngotot dengan segala bukti yang ada.

Seluruh media cetak maupun elektronik mengabarkannya, hingga akhirnya kubu Zaenal meminta maaf secara pribadi kepada SBY dan Ibu Ani. Setalah kata “maaf” terucap dari bibir Zaenal, maka islah di antara keduanya pun terjadi. Kubu SBY menerima maaf Zaenal. Selesai sudah perkara tersebut. Zaenal dipecat dari DPR RI dan kembali ke kampung untuk mengajar di kampus UM Surakarta.

Kaat “maaf” bisa menjadi karakter seseorang. Kita masih ingat dengan pemeran Mpok Indun dalam film komedi Bajaj Bajuri. Dalam setiap ucapannya pasti selalu diawali dengan kata “maaf…” kemudian diikuti oleh kalimat selanjutnya. Walaupun tidak berbuat salah, Mpok Indun selalu memulai pembicaraan dengan kata tersebut, hingga “maap” melekat pada dirinya.

Kita juga senantiasa mengucapkan kata maaf, astaghfirullah (Ya Allah ampunilah aku) setiap selesai shalat, baik fardlu maupun sunnah. Ucapan ini tentunya diikuti oleh serangkaian kalimat berbahasa Arab lainnya. Ada yang paham artinya, tetapi ada juga yang tidak paham.

Kita juga senantiasa berdoa untuk kedua orang tua kita:

Ya Allah ampunilah aku dan kedua orang tuaku, serta kasihinilah mereka berdua sebagaimana mereka pernah mendidiku ketika aku kecil.

Atau doa sapu jagat yang juga sering kita ucap-ucapkan:

“Wahai Tuhanku, berikanlah kepada kami kebaikan baik di dunia maupun di akhirat, serta jauhkanlah kami dari adzab api neraka.”

Semua doa yang kita ucapkan hampir mayoritas menandakan bahwa kita memang manusia lemah yang penuh dosa di hadapan Allah SWT. Karena memang manusia adalah tempat dosa. Kata “al-Insan” yang berarti manusia memiliki akar kata yang bermakna lupa. Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang memiki sifat lupa.

Muhammad yang diangkat sebagai Rasul dan Nabi pun pernah lupa. Suatu saat dia pernah bermuka masam kepada seorang buta yang datang di hadapannya. Orang buta yang beranama Abdullah bin Ummi Maktum tersebut ingin meminta ajaran-ajaran tentang Islam kepada beliau. Karena Rasul sedang berhadapan dengan pembesar Quraisy dengan harapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam, maka Rasul memalingkan muka dari wajah orang buta tadi.

Karena tindakan itulah, turunlah surat ‘Abasa (80) sebagai bentuk teguran kepada Rasul yang telah lalai bahwa dirinya teladan bagi seluruh umat. Surat tersebut menjadi bahan rujukan bahwa Muhammad juga manusia biasa yang pernah berbuat salah.

Ketika kita ingin meminta maaf kepada seseorang, tentu ada beberapa catatan penting yang harus diperhatikan. Pertama, berniat dan berpikirlah secara matang. Setelah kita berbuat salah dan benar-benar menyadari bahwa perbuatan kita memang salah, maka hendaklah kita berinisiatif atau berniat untuk meminta maaf terlebih dahulu. Orang yang meminta maaf terlebih dahulu jauh lebih mulia daripada orang yang dimintai maaf. Tentunya kita juga sudah mempersiapkan kata-kata yang nantinya akan diucapkan agar tidak terjadi kesalahan lagi. Semua itu harus dilandasi oleh niat yang ikhlas tanpa ada harapan apa pun. Jika segala sesuatu dilandasi niat tulus, maka apa yang kita lakukan pasti bermakna.

Kedua, diucapkan dengan tulus. Berikanlah wajah senyum kepada teman kita ketika kita hendak meminta maaf. Gunakan kata yang membuat dia merasa nyaman sehingga dia ingin memberikan maaf kepada kita. Tentunya nada dan intonasi kita tidak seperti orang marah. Bertindaklah seolah-olah kita benar-benar ingin berdamai dan mencari solusi terbaiknya untuk kedua belah pihak. Meminta maaf memang sulit, apalagi kalau kita merasa paling benar. Walaupun sulit, tetapi kemulian akan berada di sisi kita ketika kita benar-benar tulus mengucapkannya.

Ketiga, ikutilah dengan tindakan. Sebuah kesia-siaan ketika ucapan maaf tidak kita tindaklanjuti dengan perbuatan yang baik kepada saudara kita. Setelah terjadi saling memaafkan di antara dua teman yang bermusuhan, maka pertemanan yang terjadi di antara keduanya haruslah berjalan seperti biasanya. Keduanya harus saling menyapa ketika bertemu, tidak bermuka masam, serta berperilakulah layaknya dengan teman lainnya. Hal ini sulit dilakukan, tetapi menjadi sebuah kebiasaan ketika kita memang memiliki niat yang ikhlas.

Meminta maaf mungkin lebih mudah daripada memberi maaf. Hal ini sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Kita biasanya sulit memberi maaf kepada orang yang telah menyakiti kita. Sepasang kekasih, ketika pihak wanita yang memutuskan hubungan mereka dan kemudian wanita tersebut meminta maaf, biasanya pihak laki-laki sulit memaafkannya walaupun telah memaafkan. Mulut bisa menerima tetapi hati belum tentu sesuai dengan ucapan. Antara tutur dan hati tidak selalu selaras.

Di hari yang fitri ini, kata maaf tentu menghujani hari-hari kita. Koran, majalah, spanduk, pamflet, baliho, dan televisi pasti dipenuhi dengan serangkaian iklan “Selamat Hari Raya Idhul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Bahkan kampanye calon bupati/bupati dan calon wakil gubernur/bupati di beberapa daerah ketika menjelang ramadhan pun menggunakan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa dan hari raya idhul fitri.

Di hari yang fitri ini hendaklah kata maaf yang kita ucapkan tidak sekadar berhenti di bibir saja. Melainkan ditindaklanjuti hingga ke perbuatan yang lebih mulia. Tindakan maaf dan memaafkan terkadang mudah diucapkan tetapi terkadang juga sulit. Tetapi kesulitan itu akan membawa kepada kemuliaan yang jauh lebih tinggi.

Ridho Al-Hamdi

22.24

Is Google God?

Mendengar judul kolsus kali ini, pembaca mungkin kaget atau setidaknya sedikit mengerutkan dahi atau malah bertanya-tanya: Apa iya google is god? Hal yang sama pun dirasakan penulis ketika mendapatkan email dari seorang teman yang pernah studi di Inggris, negeri kincir angin. Saat membaca isinya, penulis bergumam: Masa iya sih?

Penulis kurang tahu pasti, apakah gagasan gila semacam ini sudah pernah ada atau belum di masyarakat kita? Yang jelas, judul di atas pernah ditulis oleh Alan Cohen dalam surat kabar The New York Times, 29 Juni 2003. Terlepas baru atau lama, menarik atau tidak, penulis berharap pembaca perlu mengetahui tentang ini semua, terutama bagi mereka yang sangat akrab dengan internet.

Bagi pengembara dunia cyber, pecandu internet, atau penikmat gaya hidup modern, nama google bukanlah istilah asing. Dia begitu akrab di telinga para pengelana internet. Siapa saja boleh mengunjunginya. Tinggal ketik ‘www.google.com’, maka akan keluar tampilan awal dari alamat ini. Google berasa dari kata “googol” yang dipopulerkan oleh Milto Sirotta. Kata “googol” menyimpan makna 1-100 nol. Jika tiga nol di belakang angka satu kita sebut seribu, enam nol di belakang angka satu kita sebut sejuta, maka 100 nol di belakang angka satu kita sebut googol, entah apa bahasa Indonesianya.

Di saat komputer sudah semakin merakyat, di saat orang menginginkan sosok yang jenius harus lahir, di saat informasi menjadi sangat penting, maka di saat itulah google dilahirkan. Tepatnya pada tanggal 7 September 1998 dari rahim Lary Page dan Sergey Brin. Ada keinginan kuat dari Lary Page dan Sergey Brin, agar google bisa benar-benar menjadi googol. Kemampuan dan kecepatan google dalam menjawab pertanyaan membuat dia menjadi cepat tenar. Hanya dalam hitungan beberapa tahun saja, dia mampu mengalahkan teman-teman yang lebih dulu dilahirkan, seperti yahoo dan iycos.

Penampilan google tidak secantik dan setampan iycos dan alta vista. Wajahnya cukup sederhana tanpa banyak variasi, apalagi make up dan luluran. Google adalah sosok yang sangat jujur dan tidak egois. Dia akan memberi tahu apa yang dia ketahui. Bahkan dia tidak hanya sekedar menjawab permintaan pelanggan saja. Tapi dia mampu mengonfirmasi permintaan yang salah. Misal, ketika anda mengetik “handpone”, maka google akan mengeluarkan kalimat: Mungkin yang anda maksud ‘handphone. Hebat bukan?

Berdiskusi dengan google sangat asyik, lucu, dan terkadang menegangkan. Lucunya, jawaban yang dimunculkan sering di luar dugaan kita, bahkan sering bertolak belakang. Dari jawaban-jawaban itulah kita bisa mendapatkan inspirasi baru. Menegangkan, karena dia melampirkan sebuah fakta tanpa sensor. Berita-berita tentang kekerasan saja berani dia tampilkan tanpa memandang umur yang akan melihatnya. Karena memang google lintas umur. Kita bisa memakluminya, karena google bukanlah manusia. Dia hanya mesin pencari (search engine) yang ada di dunia internet.

Sosok yang belum akil balik ini tak sekedar menyajikan tulisan saja. Tapi dia mampu memberikan jenis informasi berupa foto, gambar, video, dan bisa berbicara dengan seluruh bahasa yang ada di jagad raya ini. Dia juga cerdas dan menguasai semua bidang ilmu pengetahuan, dari agama, filsafat, sosial, sastra, kedokteran, biologi, hingga dunia mistik sekalipun. Hanya dalam hitungan menit atau malah bukan detik, dia mampu menyajikan jawaban dengan ratusan atau ribuan alternatif. Gila nggak?

Makhluk yang entah jenis kelaminnya apa dan hampir berusia 10 tahun ini bagai perpusatakaan maharaksasa. Dia mampu menjelma sebagai seorang dokter spesialis, bereinkarnasi menjadi kyai atau pendeta yang hafal seluruh isi kita suci, dan mampu menjadi arsitek yang membikin sktesa kapal/pesawat. Peran apa pun bisa dia lakukan. Seolah google sedang bermain sirkus dengan kita. Karena itu, ketika seorang rasul/nabi memutuskan sesuatu harus menunggu bisikan langit, maka penulis atau pembaca cukup menunggu informasi dari google.

Kembali lagi pada pertanyaan dari judul tulisan ini: Is google god? Jawabannya jelas bukan. Dia manusia atau malaikat yang bisa bergerak sesuai hatinya. Dia hanya dunia maya yang dibuat oleh kreativitas manusia. Hanya sajatnya saja menyerupai tuhan dalam dunianya, yaitu dunia maya. Jadi, boleh dibilang kalau google menjadi tuhan dalam dunia maya bagi umatnya yang mengetahui siapa itu google. So, is google god? The answer’s not!

22.08

Membangkitakan Kembali Gerakan Pelajar Indonesia

Ikatan Pelajar Muhammadiyah disingkat IPM lahir pada tanggal 5 Safar 1381 Hijriyah bertepatan dengan 18 Juli 1961 Miladiyah. Kini usianya sudah berumur 47 tahun (dalam hitungan hijriyah) dan 46 tahun (dalam hitungan miladiyah). Kemunculan organisasi pelajar ini salah satunya dikarenakan perlu pembinaan pelajar-pelajar di sekolah Muhammadiyah serta untuk membentengi akidah dari ideolog-ideologi komunis dan ateis yang berkembang pada saat itu.

Sejak kemunculannya hingga tahun 1980-an keberadaan IPM selalu dalam tekanan pemerintah yang otoriter. Adanya tekanan pembubaran dari pemerintah selalu muncul dalam setiap periodenya hingga tekanan itu mampu meluluhkan IPM. Pada tahun 1992 bergantilah nama pelajar menjadi remaja dengan alasan agar organisasi ini tetap eksis ke depannya. Sedangkan gerakan-gerakan pelajar lainnya seperti Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama digabung dan berganti nama menjadi Ikatan Putra-Putri Nahdhatul Ulama (IPPNU), dan Pelajar Islam Indonesia (PII) tetap tidak berubah nama tetapi gerakanya tercerabut dari akar rumput di sekolah-sekolah SMP dan SMA.

Nama IRM resmi berganti pada tanggal 18 November 1992, tetapi disahkan pada Muktamar IRM 1993 yang saat itu masih dalam periode kepemimpinan Jamaluddin Ahmad. Dalam perjalannya, IRM tetap mewarnai gerakan Muhammadiyah di tingkat pelajar dan remaja dengan berbagai macam kegiatannya.

Pada tahun 1998 terjadilah peristiwa besar, tumbangnya rezim Orde Baru di bawah kekuasaan Soeharto. Pengunduran Soeharto sebagai Presiden RI bertepatan dengan Muktamar IRM di Unjung Pandang pada bulan Mei 1998 yang menghasilkan ketua umum terpilih Taufiqur Rahman. Pada saat itu, gerakan IRM tetap dinamis dan tidak ada persoalan pada nama ikatan. Barulah pada Mukatamar IRM di Jakarta tahun 2000, persoalan nama kembali mencuat. Karena rezim yang merubah IPM menjadi IRM telah selesai, maka saatnya IRM harus dikembalikan lagi menjadi IPM. Namun usaha ini gagal.

Pada muktamar-muktamar selanjutnya, usaha untuk mengembalikan sama selalu saja muncul dari berbagai pihak, baik itu Muhammadiyah, basis IRM, alumni, maupun di tingkat elit PP IRM sendiri. Tetapi usaha itu selalu saja gagal dengan berbagai alasan di antaranya perubahan nama hanya melelahkan kerja IRM yang harus kembali lagi ke belakang dan akan banyak dana yang dihabiskan untuk perubahan ini. Di setiap muktamar pasti mucul isu tersebut, walaupun mencuatnya naik turun.

Kemunculan Tim Eksistensi IRM dan Keputusan Tanwir Muhammadiyah
Sejak kepemimpinan Taufiqurrahman hasil Muktamar Unjung Pandang, Raja Juli Antoni hasil Muktamar Jakarta, Munawwar Khalil hasil Muktamar Yogyakarta, Ahmad Imam Mujadid Rais hasil Muktamar Lampung, dan Moh. Mudzakkir hasil Muktamar Medan, persoalan nama selalu saja menghiasi acara. Barulah pada Muktamar di Medan, 15-19 November 2006, diputuskan adanya Tim Eksistensi IRM yang mengkaji basis massa Ikatan Remaja Muhammadiyah dan kemungkinan perubahan nama.

Anggota Tim ini terdiri dari Ketua Umum terpilih, Ketua Umum Periode 2004-2006, perwakilan PP IRM periode terbaru, serta dua orang perwakilan per regional dari Pimpinan Wilayah baik yang pro IRM maupun yang pro IPM.

Secara konkrit, kinerja Tim Eksistensi memang belum terlihat. Tetapi ada beberapa tahapan yang telah dikerjakan oleh tim ini. Pada saat Tanwir Muhammadiyah bulan Maret 2007 di Yogyakarta, PP IRM meminta kepada Majelis MPK PP Muhammadiyah untuk memfasilitasi pertemuan ortom tingkat pusat. Hasil dari pertemuan itu, seluruh ortom sepakat bahwa basis massa IRM adalah pelajar dan perlu pengembalian IRM menjadi IPM.

Kinerja Tim Eksistensi selanjutnya adalah permohonan pernyaatan yang ditujukan kepada PP Muhammadiyah, Majelis MPK PP Muhammadiyah, dan ortom tingkat pusat. Hanya ada dua ortom yang memberi pernyataan resmi, yaitu PP ‘Aisyiah dan Kwartir Pusat Kepanduan Hizbul Wathan. Ortom lainnya belum dan tidak memberikan pernyataan tersebut.

Pada saat Tanwir Muhammadiyah, komisi C memutuskan pada point A nomor 3 tentang kaderisasi perihal perubahan nama dari Ikatan Remaja Muhammadiyah menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah dalam rangka penataan organisasi otonom Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), sehingga ada dan tidak adanya surat PP IRM perihal permohonan pernyataan, PP Muhammadiyah tetap akan mengeluarkan Surat Keputusan (lihat Tanfidz Tanwir No. 53/KEP/1.0/B/2007 halaman 09).

Kelahiran SK PP Muhammadiyah dan Sikap IRM
Pada akhir bulan Mei 2007 lalu, tiba-tiba Pimpinan Pusat Muhammadiyah melayangkan suratnya kepada PP IRM perihal perubahan nomenklatur Ikatan Remaja Muhammadiyah menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Surat itu langsung berupa Surat Keputusan bukan pernyataan resmi sebagaimana yang diminta oleh PP IRM. Lebih hebohnya lagi, tembusan disampaikan kepada Ortom, Majelis, dan Lembaga tingkat pusat, serta pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan baik dari Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting.

Kehadiran Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor 60/KEP/I.O/B/2007 tentang nomenklatur Ikatan Remaja Muhammadiyah menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah bukanlah atas dasar surat PP IRM, tetapi berdasarkan keputusan pleno PP Muhammadiyah tanggal 11 Mei 2007 di Jakarta atas dasar keputusan Tanwir Muhammadiyah.

Ada tiga alasan mengapa SK tersebut lahir. Pertama, bahwa sesuai dengan maksud semula pembentukannya, Ikatan Pelajar Muhammadiyah dibentuk untuk membina para pelajar baik di sekolah-sekolah Muhammadiyah maupun di luar sekolah Muhammadiyah. Kedua, bahwa perubahan nomenklatur dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah adalah karena dipaksa oleh Pemerintah yang berkuasa, yang tidak membolehkan adanya organisasi yang membina para pelajar di luar OSIS. Ketiga, bahwa setelah Pemerintah berganti, termasuk kebijakan dalam pembinaan para pelajar, maka perlu mengembalikan lagi Ikatan Remaja Muhammadiyah kepada tugas pokok/asalnya, ialah membina para pelajar baik di sekolah-sekolah Muhammadiyah maupun di sekolah-sekolah lain dengan mengganti nomenklaturnya menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah disingkat IPM (lihat SK poin menimbang).

Setelah kemunculan SK tersebut, PP IRM langsung mengadakan pleno internal yang membahas tentang SK tersebut. Kemudian PP IRM mengadakan audiensi kepada PP Muhammadiyah untuk klarifikasi adanya SK tersebut. Hasil pertemuan itu adalah PP Muhammadiyah tetap bersikukuh dengan keputusannya. Setelah pertemuan itu, PP IRM segera bergegas untuk melakukan konsolidasi internal dengan menghadirkan PW IRM Se-Indonesia dalam forum Rapat Pleno Diperluas tanggal 20 Juli 2007. Dalam forum itu menghadirkan juga PP Muhammadiyah yang diwakili oleh Prof. Dr. Zamroni (Bendahara Umum PP Muhammadiyah).

Dari Rapat Pleno Diperluas, ada beberapa kesepakatan. Pertama, organisasi IRM tetap menggunakan nama IRM sampai Muktamar XVI yang akan datang. Kedua, meminta kepada PP Muhammadiyah untuk membuat surat yang serupa perihal penangguhan nama IPM sampai ada keputusan di internal IRM pada saat Muktamar ke-16. Ketiga, kepada seluruh jajaran IRM di berbagai tingkatan baik Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting untuk tetap menjalankan organisasi sebagaimana mestinya. Keempat, mendesak kepada PP IRM untuk membentuk tim perumus persiapan perubahan nama. Kelima, pada saat Muktamar yang akan datang nama organisasi ini adalah IPM sehingga nama Muktamarnya adalah Muktamar XVI Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Membangun Kekuatan Gerakan Pelajar Muhammadiyah
Kini saatnya IRM mulai bergegas-gegas untuk mempersiapkan agenda gerakannya ke depan. Ada satu hal penting yang juga harus diperhatikan oleh IRM dan terkhusus kepada PP Muhammadiyah jika konsisten mengawal SK nomenklatur tersebut. Setelah IRM berganti menjadi IPM, maka tidak ada lagi organisasi pelajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah kecuali Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Ini harga mutlak. Tentunya harus didukung oleh SK PP Muhammadiyah ke sekolah-sekolah Muhammadiyah seluruh Indonesia yang isi suratnya menyatakan bahwa IPM sebagai satu-satunya organisasi intra sekolah Muhammadiyah. Jika tidak melaksanakan SK ini maka akan ada sanksi tersendiri.

IPM nantinya harus mulai intens membina sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sekarang di berbagai tempat banyak sekolah Muhammadiyah mulai gulung tikar karena tidak ada siswa dan pengelolanya. Menjadi tugas kader-kader IPM untuk pembinaan ini. Pelajar Muhammadiyah merupakan benteng ideologi bagi masa depan Muhammadiyah. Sejak kecil kader-kader IPM harus ditanamkan semangat untuk berjuang.

Kini bukan saatnya lagi untuk memperdebatkan keberadaan SK tersebut. Tetapi bagaimana kita kembali membangun kekuatan gerakan di tingkatan pelajar Muhammadiyah. Nanti IPM diharapkan mampu membela hak-hak dan kepentingan kaum pelajar. Hingga saat ini belum ada gerakan-gerakan pelajar yang berani meneriakkan suara pelajar, memperjuangkan hak-hak pelajar misal pemerataan akses pendidikan ke seluruh pelosok tanah air, transportasi gratis untuk pelajar, jika pelajar berobat ke rumah sakit mendapat potongan, dan lain sebagainya.

Menjadi misi suci bagi IPM ke depan untuk mengagendakan ini bersama-sama elemen lain yaitu PII, IPNU, dan IPPNU. Pelajar adalah aset masa depan negara yang harus dijaga keutuhanya. Jangan ada pihak lain yang berani mencederai pelajar.

Perubahan IRM menjadi IPM bukan berarti IRM tidak berarti apa-apa. Justru perubahan IPM ke IRM saat 1992 telah menjadi bukti bahwa IRM merupakan penyelamat organisasi sehingga ruh gerakan yang ada di dalam IPM saat dulu masih tersimpan, dan kini kekuatan itu hadir kembali pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda untuk menatap masa depan pencerahan pelajar.

Ridho Al-Hamdi
Ketua Pimpinan Pusat IRM