13.02

Kaligrafi, Butuh Tekun dan Teliti

Keindahan tulisan kaligrafi (Arab) yang biasa menghiasi masjid, mushala, atau al-Quran tidak terlepas dari tangan terampil para khathat (kaligrafer). Kemampuan memahami tulisan al-Quran dipadu de-ngan kreativitas seni yang prima menjadi kunci sukses seorang penulis kaligrafi.

Bani, seorang santri di Jogja, mengaku tertarik dengan seni keindahan menulis huruf Arab setelah belajar di salah satu pondok pesantren. Awalnya ia tidak berminat, tetapi setelah meli-hat tulisan kaligrafi temannya ia tertarik mempelajarinya. Diam-diam ia mulai mempelajari seni kaligrafi dengan mendatangi sejumlah toko buku. Ia membaca dan memahami beberapa buku yang membahas kaligrafi beserta contoh-contohnya, kemudian mulai berlatih. Usahanya mulai membuahkan hasil ketika ia mendapat order mendekorasi sebuah masjid. Sejak saat itu ia serius menekuni dunia seni kaligrafi. Pesanan selalu saja ada, hingga se-karang tidak terhitung jumlah karyanya yang menghiasi masjid dan mushala.

Meski telah banyak berkarya, Bani mengaku masih tidak puas akan ilmu yang di-milikinya. Setiap kali mendatangi mushala atau masjid, ia selalu kagum pada karya kaligrafi yang ada di dalamnya. Untuk memenuhi rasa tidak puasnya itu Bani selalu berdiskusi dengan sesama penulis kaligrafi sehingga memperoleh ide-ide segar yang bisa dituangkan pada karyanya.

Tidak ada syarat khusus bagi seorang yang ingin belajar kaligrafi, tetapi bagi mereka yang ingin belajar hendaknya menguasai dasar menulis huruf Arab. Keinginan yang kuat dan bakat seni yang baik sangat membantu mempercepat seseorang belajar kaligrafi.

Banyak jenis dan corak khat yang bisa dituangkan ke dalam bentuk seni. Khat Naskhi merupakan jenis khat yang paling dasar dan kita sering menjumpainya di setiap lembaran-lembaran al-Quran buatan Arab atau yang berukuran kecil. Khat Riq’ah berfungsi untuk menulis arab cepat, sehingga bentuknya terlihat simpel dan tidak ada harokat. Khat Diwani dan Diwani Jali bentuknya melingkar-lingkar seperti tali yang diikat, terkadang susah kalau dibaca. Khat Koufi jenisnya kotak-kotak. Jika ingin melukis jenis khat ini harus meng-gunakan penggaris agar rapi dan sempurna. Khat Tsuluts adalah jenis kaligrafi yang indah dan sering digunakan untuk hiasan dinding atau kanvas. Bentuk hiasan khatnya bisa bulat, lon-jong, seperti buah apel, atau dalam bentuk binatang dan orang. Dan masih ada jenis khat yang lain, seperti khat Farisi dan Raihani.

Karya seni kaligrafi bisa diperdagangkan karena diakui memiliki nilai jual yang baik. Karenanya banyak pelukis muslim yang membuat karya seni kaligrafi dari yang harganya murah hingga mahal. Kalau dijumlah mereka yang menekuni seni ini bisa ratusan orang.

Perkembangan kaligrafi di Indonesia saat ini terlihat sangat pesat. Di Indonesia kita memiliki Amri Yahya dari Yogyakarta, pelukis kaligrafi yang juga sebagai pelopor seni batik Indonesia yang beberapa waktu lalu telah meninggal. Ada juga Saiful Adnan yang karya lukisan kaligrafinya memiliki karakter dan ciri khas yang kuat. Khatnya berbeda dari delapan jenis khat yang baku. Belum lama ini ada lukisan kaligrafi yang tulisannya berjenis HanZi yang diperkenalkan oleh Winarso, seorang pelukis, mantan kepala sekolah sebuah SMU di Yogyakarta. Karakter khatnya lebih mengandalkan kombinasi antara tulisan Arab dan China, sehingga terlihat bahwa itu jenis kaligrafi China.

Di Demak ada tempat pengrajin seni kaligrafi relief yang terbuat dari bahan kuningan. Kerajinan ini, barangkali baru satu-satunya yang ada di Kota Wali. Mu’alim, si pembuat kaligrafi itu sangat mahir menggambar dalam bentuk ikan arwana, gerombolan kuda liar, kereta kencana, dan binatang lain dalam lembaran plat kuningan. Menurut pengrajin kaligrafi asal Jepara ini, untuk bisa menulis kaligrafi yang berkualitas diperlukan ketelitian, ketenangan dan kesabaran. Sebab, salah sedikit menulis bisa berakibat fatal.

Karya kaligrafi Indonesia saat ini sudah dikenal di dunia dan dapat disejajarkan dengan karya dari Irak, Mesir, dan Turki yang sudah terlebih dahulu mendunia. Di tingkat ASEAN saja kaligrafi Indonesia sering kali merajai ber-bagai kompetisi. Salah satunya saat lomba kaligrafi di Brunei Darussalam tahun 2002 Lembaga Kaligrafi Al-Quran (Lemka) menjadi juara pertama.

Belum lama ini, grup band Dewa telah menggunakan lafadz “Allah” (jenis khat Koufi) untuk cover album terbarunya, Laskar Cinta. Dalam pementasan yang disiarkan langsung salah satu TV swasta itu, terlihat gambar kaligrafi itu dijadikan alas panggung pentas. Dani dan teman-temannya berjingkrak-jingkrak memainkan musik di atasnya.
Tentu saja, perbuatan ini memicu pertentangan di kalangan umat Islam. Apalagi bagi mereka yang benar-benar paham tentang kaligrafi. Gugatan muncul dari kelompok Front Pembela Islam (FPI) yang menyatakan siap memerangi perbuatan yang dipelopori oleh Ahmad Dani tersebut. Di pihak lain dukungan kepada Dewa mucul dari Ulil Abshar Abdalla dan Gus Dur. Prisipnya, Dani mengatakan ini kebebasannya sebagai umat muslim untuk berekspresi, tetapi dalam sebuah jumpa pers dia telah menyatakan minta maaf jika perbuatan ini menyinggung umat Islam yang lain.


Ridho Al-Hamdi
Redaktur Majalah Kuntum

0 komentar: